Pendahuluan
Review Makanan Haram, Tasyi Athasyia Tuai Pro Kontra. Food vlogger ternama, Tasyi Athasyia, kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah mengunggah video review makanan yang dianggap haram bagi umat Islam. Konten terbarunya yang mereview balut , telur bebek atau ayam yang telah dierami hingga terdapat embrio di dalamnya, menuai pro dan kontra dari warganet.
Review Makanan Haram, Tasyi Athasyia Tuai Pro Kontra. Balut sendiri merupakan makanan ekstrem yang populer di Filipina dan Vietnam, dan kini mulai viral di TikTok hingga diperjualbelikan secara bold di Indonesia. Sebagai seorang food vlogger yang sering mengikuti tren, Tasyi pun tak ketinggalan untuk membuat konten terkait makanan kontroversial ini.
Penampakan dan Reaksi Jijik Tasyi Terhadap Balut
Dalam video yang diunggah di akun Instagram pribadinya pada Kamis (24/04/2025), Tasyi memperlihatkan penampakan balut dari luar hingga bagian dalamnya. Ia menjelaskan proses pembuatan balut dan mengungkapkan rasa jeleknya terhadap bentuk dan aroma makanan tersebut. situs slot gacor andalan sejak 2019 di situs totowayang rasakan kemenangan dengan mudah.
“Oke jadi nih tadi mau makan nyobain balut. Katanya balut itu sejenis telur pindang. Tahu-tahunya, itu adalah telur yang sudah dieramin sampai udah mau hidup anaknya,”Ucapan Tasyi dalam videonya.
Sepanjang video, Tasyi berulang kali menunjukkan ekspresi jijik dan tidak habis pikir dengan orang yang berani mengonsumsi balut. Ia bahkan menampilkan cairan berwarna hitam dan bagian-bagian embrio yang terlihat jelas setelah cangkang telur dibuka.
“Demi Allah, airnya hitam. Wah gila sih yang mau makan. Ini di TikTok beneran dimakan nggak? Ini tren TikTok terparah,” lanjutnya dengan nada tak percaya.
Tasyi juga membandingkan harga satu butir balut yang mencapai Rp 84 ribu dengan harga ayam potong yang jauh lebih murah.
Baca Juga: Paula Verhoeven Dituding Selingkuh, Komentar Lisa Mariana
Niat Edukasi Berujung Pro Kontra
Dalam keterangan unggahannya, Tasyi menjelaskan bahwa tujuan membuat konten tersebut adalah untuk memberikan informasi kepada umat Islam agar tidak ikut-ikutan tren mengonsumsi balut, mengingat status keharamannya.
yg bisa makan ini bener2 hebat sihhhh karena bentuknya bener2 ekstrim bgt di mata aku Comment siapa yg pernah makan balut??? #balut #makananviral #fyp #makanan,”tulis Tasyi.
Meskipun Tasyi telah memberikan klarifikasi mengenai tujuannya, ulasan konten balut ini tetap menuai beragam reaksi dari warganet.
Pihak yang Pro
Sejumlah warganet mendukung langkah Tasyi yang dianggap telah memberikan edukasi yang penting bagi umat Islam. Mereka berterima kasih karena Tasyi telah mengingatkan tentang status haram balut dan mencegah orang-orang yang tidak tahu untuk ikut mencoba tren tersebut.
“Ah iyaaaaa Please bagus banget bikin konten giniiiiiii… jadi biar pada tau kalo ini ga halal, dan ga pada fomo join trend mau cobain demi viewer,”komentar salah satu warganet.
“Wajib nonton smpe akhir guyss, pliss tolong ini mah😭 (bertanya dengan nada lembut),” timpal warganet lainnya yang memahami maksud konten Tasyi.
Pihak yang Kontra
Di sisi lain, beberapa warganet justru mengambil keputusan Tasyi untuk mereview makanan haram. Mereka menganggap konten tersebut tidak perlu dibuat dan khawatir akan menimbulkan rasa penasaran atau bahkan keinginan untuk mencoba balut di kalangan Muslim yang kurang informasi.
“Knp ga sebelum mau bikin konten di riset dulu sih?” tulis seorang warganet dengan nada menyyangkan.
Bukan Kontroversi Pertama Tasyi Athasyia
Kontroversi review makanan haram ini bukanlah kali pertama Tasyi Athasyia menuai pro dan kontra di kalangan warganet. Sebelumnya, ia juga sempat dikritik terkait review-review makanan lainnya yang dianggap kurang etis atau merugikan pihak tertentu.
Kesimpulan
Sebagai seorang influencer dengan jutaan pengikut, setiap yang dibuat Tasyi tentu memiliki potensi konten untuk mempengaruhi opini dan perilaku masyarakat.
Meskipun niat Tasyi dalam konten ini adalah untuk memberikan edukasi, cara improvisasi dan pemilihan objek ulasan tetap menjadi sorotan.
Pada akhirnya, setiap individu memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan membuat konten sesuai dengan keyakinannya.